HUJAN~

hai, bolehkan aku menceritakan kisahku hari ini ?
memang kisahku tak menarik, tapi inilah sedikit kebahagiaanku hari ini.

**
seperti biasa, selepas kuliah selesai, aku dan teman-temanku a.k.a The Bere's, selalu main disalah satu kostan. entah itu kostan widi, ataupun kostan ulya. hanya untuk menghabiskan siang bersama. entah, apasaja bisa kita lakukan; bermain kartu, menonton film, membahas mantan dan gebetan, mengerjakan tugas, atau hanya menumpang makan dan tidur. apapun yang kita lakukan, selalu ada tawa disana.

siang ini, saat aku sedang menunggu antrian di pom bensin sepulang dari kostan widi, awan mulai terlihat gelap, mulai menitihkan airnya sedikit demi sedikit. hujan mulai turun. tak begitu deras. selesai giliranku, langsung kupacu pedal gas motorku menuju jalan pulang. ada dua arah; taman mini dan pasar rebo. kupilih jalan kearah taman mini. walau lebih jauh sedikit, tapi entah mengapa aku senang melewati jalan itu, rasanya damai sekali. baru sampai terminal kampung rambutan, hujan sudah mulai deras. aku semakin memacu pedal gasku lebih cepat. 70 km/jam. sampai pada pintu masuk II taman mini, hujan sudah sangat deras. aku tak menurunkan kecepatan motorku. sampai aku menyadari mataku mulai kabur melihat jalan. ku hentikan motorku di salah satu halte bus yang ada di sana. ku buka bagasi motorku yang menampung jas hujan, ku kenakan jas hujas tersebut, dan kupakai kacamataku. sedikit lebih jelas kini kumelihat jalan. kembali kupacu pedal gas motorku. hujan semakin deras. jalan semakin sepi. kecepatan gaskupun semakin bertambah melihat trafic light didepan berwana hijau. hujanpun semakin derasnya. trafic light pertama berwarna hijau, trafic light kedua pun sama, sampai pada trafic light ketiga pun sama, lampu yang menyala berwarna hijau. semakin gila saja aku mengendarai motorku. sampaiku di jalan raya bogor km 20, a.k.a hek. kecepatan motorku mulai kurendahkan. jalan sudah tak terlihat lagi disana. air sungai yang ada disana sudah menutupi jalanan. kecepatanku semakin berkurang ketika kumulai memasuki kompleks SMPku. Kompleks Angkatan Darat Bulak Rantai. kulihat disebelah kananku. tak ada satu orang temanku disana. air hujan mulai masuk kedalam jas hujanku. memakai jas hujan saja aku masih kebahasan. kecepatan motorku semakin berkurang. 10 km/jam. jalanan di kompleks sudah tak nampak lagi. memang, air yang menggenang disana tak setinggi air yang menggenang di jalan raya bogor. kuangkat kepalaku menghadap keatas. kubiarkan air hujan membasahi wajahku. aku tersenyum. aku merasa bahagia. entah karena alasan apa. ada beberapa kalimat yang keluar dari mulutku; kurasa kamu tau apa kalimat itu, Tuan. ya, kamu benar. kalimat yang waktu itu kukirimkan untukmu. jalan terlihat sepi sekali. hanya ada beberapa kendaraan yang berani menerobos hujan, termasuk aku. sudah diluar kompleks. air makin menggenang tinggi. Tuan, apa kamu masih ingat dengan Masjid Istiqamah? masjid dimana tempatmu berteduh dari hujan ketika kamu ingin bertemu denganku malam itu, 3 hari sebelum kita pergi ke UNJ bersama. tempat dimana kita pernah membeli tahu krispi kesukaanku. masih ingatkah? air banyak menggenang disepanjang jalan itu. hampir setinggi lutut orang dewasa. aku tetap melajukan motorkun dengan kecepatan rendah. "Ya Allah, bukankah sudah kukatakan pada lelaki itu jika aku benci melihat Awan menitihkan airnya? mengapa sekarang ini Awan menitihkan airnya dan juga membasahi seluruh tubuhku? apakah Ia sudah lupa dengan perkataanku padanya beberapa waktu lalu? apakah Ia sudah melupakan semua yang kukatan padanya? jika iya jawabannya, buat aku lupa semua tentang dirinya juga, Ya Allah. jangan Kau biarkan aku mengingat sedikitpun tentangnya". kuturunkan kakiku, kubiarkan air membasahi kakiku. aku tak peduli air itu terdapat banyak kuman atau tidak. aku tidak peduli. kucoba mulai melupakan semua yang kukatakan barusan. kucoba melupakan yang kuadukan pada Tuhanku. aku kembali fokus dengan kebahagiaanku pada hujan. kembaliku menghadapkan kepalaku keatas. kembaliku biarkan hujan membasahi wajahku. ku teriakkan namamu padanya. kuharap kau mendengarnya, Tuan.

**
sesampainya ku di rumah, aku melepas jas hujan, helm, kerudungku, dan meletakkan tasku di teras rumah. aku bergegas keluar rumah dan menaiki setiap anak tangga kostan. aku bermandikan air hujan diatas sana dan kali ini kubiarkan hujan benar-benar membasahi tubuhku. kubaiarkan hujan membasahi setiap helai rambutku. kubiarkan hujan melakukannya padaku. dan aku tak bisa membedakan antara air hujan yang membasahiku dengan air mata yang kukeluarkan.

aku merindukanmu, Tuan.
berjanjilah padaku, kita akan berjumpa lagi nanti

Komentar