Witing Tresno Jalaran Soko Kulino *part4*

hari ini adalah hari dimana Dimas, temen-sahabat-kakak, cinta+pacar pertama gue, menikah. gue tahu, pasti ini berat untuk Dimas. tapi dia mau berbuat apalagi demi kesehatan Mamanya. mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk membuat Mamanya senang; menuruti semua keinginan Mamanya. semalam, gue, Abeng, M.IDRID, dan Asya tentunya berangkat menuju tempat dimana diadakan hajatan tersebut. Jakarta Garut kami tempuh selama sekitar 4 jam. bukan main ternyata.

sampai di kota Garut, kami menuju ke penginapan yang sudah Dimas booking. kami bertujuh beristirahat dalam satu kamar -Dimas gila!- esok paginya seusai mandi dan sarapan, kami bergegas menuju rumah mempelai wanita. akad dimulai pukul 9 pagi. Dimas, Mama-Papa dan Aldi sudah datang di rumah mempelai wanita sebelum pukul 9. begitu juga dengan pak penghulu. ketika kedua mempelai siap, akad pun dimulai. gue ngeliat Dimas nampak bersemangat sekali, semoga saja hatinya pun sama bersemangatnya menerima perjodohan ini. Mama-Papa Dimas dan mempelai wanita duduk mendampingi mempelai. gue, Abeng dan Aldi pun ikut menyaksikan dari jauh. sedangkan M.IDRID dan Asya, entahlah.

gue ga tau apa yang Dimas rasain saat Ia mengucapkan ijab kabul itu.
gue gak bisa rasain apa yang Asya rasain ketika melihat dan mendengar Dimas mengucapkan ijab kabul itu. mungkinkah Asya memiliki perasaan yang sama seperti apa yang gue rasa? mungkinkah Asya merasa sesak di dadanya, sulit untuk menghirup oksigen, dan seakan merasakan jantungnya berhenti berdetak? apakah Asya menitihkan airmatanya ketika menyaksikan itu? apa yang Asya rasa? gue ingin tau!

saat ijab kabul diucapkan oleh Dimas, gue merasakan airmata gue terjatuh. ada rasa sakit di dada. gue tau Abeng dan Aldi pasti melihat itu. seharusnya gue mendengarkan kata Aldi, untuk tidak datang ke pernikahan kakaknya. tapi apa jika tidak adanya gue di sana gue ga merasakan sakit seperti gue ada di sana?

setelah berganti pakaian, mereka kembali ke atas panggung dan menerima ucapan selamat dari tamu yang datang, termasuk kami, mantan kekasih Dimas. gue dan Asya sebenarnya memutuskan untuk tetap tinggal di ambang pintu. tapi entah mengapa kedua kaki kami mengajak kami berjalan menuju Dimas dan Istrinya, dan mulut kami memaksa untuk mengucapkan kata "selamat". lagi-lagi rasa sakit di dada timbul kembali.

sekitar pukul 11 siang,  gue, Asya dan Abeng pamit pulang sama Mama-Papa dan Aldi, tak lupa pada Dimas dan Istrinya. gue yakin kalo Mama-Papa dan Aldi melihat hati gue yang teriris menyaksikan pernikahan itu. Aldi mengantar kami bertiga menuju terminal terdekat. M.IDRID, mereka tetap berada disana hingga acara selesai dan kami bertiga menuju Jakarta menggunakan bus kota.


sekali lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi lagi aku mengucapkan "selamat menempuh hidup baru teman-sahabat-kakak, cinta+pacar pertamaku. semoga akur terus. semoga jadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. semoga punya banyak momongan. semoga-semoga-semoga yang terbaik untuk keluarga baru kamu, Dim. Aku dan Asya, kami bahagia pernah memiliki kamu. doakan kami, khususnya aku, untuk cepat menyusulmu."

Komentar