Di Setiap Hujan Punya Cerita (2)

oke, kita sambung lagi ya cerita yang terputus kemarin



"Hallo..." sapa suara diujung telepon itu.
"Hmm..."
"Kamu lagi dimana? kok ramai suara kendaraan? lagi di luar ya?"
"Aku kan udah bilang kalo mau ke UNJ, sekarang lagi neduh di halte Penas gegara ujan"


"Siapa, Ndah?" tanya lelaki itu
"Pacar gue"
"Sekarang kamu beda ya. Dulu mah ngomongnya aku kamuan, sekarang gue eloan" protesnya
"Yelah, protes aja lo"
"Mau ngapain sih kita ke UNJ, Ndah?"
"...."
"Nostalgia kejadian 2 tahun lalu?"

Aku cukup terkejut mendengarnya mengucapkan kalimat itu.
Dua tahun lalu. Ya, dua tahun lalu aku memang ke UNJ bersana beberapa orang, diantaranya memang dengan pria ini. 

"Kenapa 2 tahun lalu? Lo ga bisa move on dari kejadian 2 tahun lalu?"
"....." pria itu hanya diam.
"Udah sampe sini aja ya, gue mau ke rumah nenek gue. Maaf udah ngerepotin lo. Bye"
Aku segera menaiki anak tangga dan meninggalkan pria itu sendiri menuju loket Trans Jakarta.
"Ndah!" panggil pria itu.
 Aku mempercepat gerakan langkah kakiku. Tapi pria itu malah mengejarku.
"Tunggu..." ia menarik pergelangan tanganku yang menghentikan langkah kakiku.
"Apa?"
"Aku anterin ya?"

Dengan beberapa kali tolakan dariku dan beberapa bujukan darinya akhirnya pria itu mengantarku ke tempat nenekku di Mangarai.

"Maaf ya Ndah kalau aku buat kamu benci banget sama aku. Aku ga tau kenapa bisa kamu sebenci itu sama aku. Aku ga ada niat untuk nyakitin kamu sedikitpun. Soal yang waktu itu pun sama, aku ga ada niatan nyakitin kamu. Hari ini aku datang ke rumah kamu cuma mau ketemu dan memperbaiki kesalahan sebelumnya. Aku ga ada maksud lain", kata pria itu setibanya kami di rumah nenekku.

"Udah gue maafin kok dari sebelum lo minta maaf juga...."
"Jadi?" potongnya.
"Jadi apa?"
"Lo mau jadi pa..."
"Gue ga ada niat balikan dan gue udah punya pacar, begitu pun lo. oke makasih udah nganterin gue" tampisku

Keesokan harinya pria itu datang lagi ke rumahku. Ibu menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Mereka berdua berbincang mengenai banyak hal. Aku? Aku sedang pergi bersama dengan Aray, tanteku tercinta membeli beberapa pernak-pernik untuk suvenir murid PPLku dan suvenir pernikahan Tanteku.
Setibanya di rumah, aku melihat Ibu sedang asyik berbincang dengan pria itu. Terlihat sekali rona bahagia dalam raut wajah pria itu. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Ibu pun terlihat senang.

"Ibu sama Aa keliatannya seneng banget ya, Mbak"
"Ngapain lagi sih tuh orang kesini?"
"Ngajakin balikan kali"
"Apa lo kata, Ray!"

Kami berdua masuk ke dalam rumah, pria itu berdiri begitu melihatku masuk tanpa mengucapkan salam. Sedetik kemudian senyum tipisnya muncul dari bibirnya, "Hai, Ndah..."
"Argh, mau ngapain lagi sih nih anak?", gerutuku dalam hati.
Aku tak berkata apapun, hanya senyum masam yang kutunjukkan dan berlalu meninggalkannya.

Dari ruang keluarga di lantai 2, aku dapat mendengarnya berbicara dengan Ibu. Ibu meninta maaf padanya atas sikapku yang ketus.
"Maafin Indah ya A, mungkin dia capek kali ya abis pergi sama tantenya"
"Iya A, maafin Indah ya. Dari tadi emang dia udah gitu, gue aja juga kena semprot sama Indah"
"Iya, Bu, Tante, gapapa kok. Indah ketus kaya gitu juga karena kesalahan saya. Seharusnya saya ga bersikap jahat padanya tahun lalu. Yaudah, saya pamit aja deh, lega saya kalau Ibu masih menerima saya berkunjung hari ini. Saya titip salam untuk Indah, Bu. Assalamualaikum", pria itu pergi dari rumahku.
Aku melihatnya pergi dari balkon lantai 2. Perih memang memperlakukannya seperti itu, ketus, judes, terlihat kasar sebenarnya. Setelah kudengar suara motornya sudah menjauh, aku turun menuju ruang tamu. Aku melihat sebuah undangan bernamakan nama pria itu dan kekasihnya.

"Aa mau nikah?"

Entah bagaimana perasaanku padanya, antara benci dan kesal namun aku tak pernah bisa kesal apalagi sampai membencinya. Selalu kucoba untuk menghapus pria itu dari ingatanku, namun tetap saja selalu gagal. Dan dua hari ini dia datang, aku memperlakukannya buruk sekali.

"Apa yang harus kulakukan?"
"Haruskah aku membuatnya membatalkan pernikahannya dan mengatakannya bahwa aku masih mencintainya?"
"Haruskah.....?"

Komentar