Puncak Pegel~

Biasanya kalo ke puncak gue cuma duduk manis, nyender, kaki diangkat ke jok, buka kerudung, tidur. Kali ini beda, beberapa hari yang lalu gue pergi sama seseorang ke puncak naik motor. Panas banget pas di Jakarta, pegel sampe berasa gapunya tulang, tapi disatu sisi gue ngerasa senang. Kenapa bisa gitu? Ya yang biasanya ke puncak naik mobil, duduk dan tidur manis, gabisa lihat pemandangan, kemarin gue dikasih lihat pemandangan yang super indah di bukit pelangi. Dan jujur aja, ini pertama kalinya gue ke bukit pelangi.
Doi kata, "karena kamu bilangnya mau jalan-jalan, kita lewat bukit pelangi ya".
Gue yang cuma tau indahnya bukit pelangi dari mbah google aja, akhirnya menikmatinya. Dengan jalannya yang naik turun, berkelok-kelok, tanah tebing di sebelah kiri, dan agak sedikit rusak, tapi itu ga ngurangin indahnya pemandangan disana kok. Hahaha makasih ya kamu.
Sampe di daerah puncak, angin dinginnya mulai terasa. Wajah dan tangan gue ikutan jadi dingin, suasana jadi romantis sih menurut gue, karena ditambah gerimis walau ga merata (secara, lo tau kan kalau gue suka dengan hujan dan teman-temannya. Dan itulah saat romantis menurut gue) dan sedikit agak macet. Wajar aja sih, kalau weekend puncak jadi serbuan warga ibukota dan sekitarnya. Sampe puncak pass, tangan gue makin dingin. Kita berenti di semacam kebun teh gitu, gajauh dari tempat paralayang. Dan lagi-lagi pemandangannya indah luar biasa. Sekali lagi, terima kasih kamu.
Cekrak cekrek, turun, makan, istirahat sebentar di warung makan itu, pulang. 
Jalan pulang ternyata macet bukan main. Doi kata, "ini macetnya pas mau masuk tol aja, non" (nah, non! Coba tebak siapa dia. Lo yang pernah gue ceritain pasti tau siapa dia. Dia satu-satu orang yang manggil gue dengan sapaan "non"). Ternyata engga, sampe lewat gerbang masuk tol pun masih macet, gaseparah puncak sih, tapi tetep bikin pegel.
Doi nanya, "kita mau lewat jalan berangkat atau lewat bogor?"
Gue, "deketan mana?"
Doi, "sama aja sih, kamu tau kan jalan kaya tadi"
Gue, "lewat bogor tinggal lurus aja kan?"
Doi, "iya"
Dan akhirnya putusan pun jatuh kepada jalan raya bogor. Bogor kota, lagi-lagi macet bukan main. Ga ada pemandangan yang menyejukkan mata, yang ada cuma gedung yang rata-rata bertingkat, kendaraan yang selalu salib menyalib gamau kalah, lampu-lampu lalu lintas tiga warna, dan sedikit banyak pepohonan hijau yang sudah tua. Dan karena pemandangannya yang gajauh berbeda dengan Jakarta, gue sempet tidur beberapa menit. Lama lama lama, macet sana sini, akhirnya sampe juga di Cibinong.
Gue, "jauhan lewat sini ya ternyata"
Doi, "kan udah aku bilang"
Gue, "pegel"
Doi, "pantat aku ga ada rasanya nih"
Gila, doi aja yang hampir seharian gue lihat nongkrong di warkop pun masih bilang "pantat ga ada rasanya", gimana gue?
Lama lama lama lagi, akhirnya sampe Jakarta. Sampe rumah tercinta dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan republik Indonesia.
Terima kasih kamu, sudah memenuhi ajakku untuk jalan-jalan yang baru aku minta malemnya dan menepati perkataanmu untuk ke puncak tahun lalu. Next trip kita kemana? Aku mau ke pulau, kita nyebrang pulau kuy! Haha ♥
I love you
I love you
I love you

Komentar