Dimas
Dimas,
siapa diantara keluargaku yang tak tahu dirinya? Anak laki-laki yang pernah
bersahabat baik denganku dan adik-adikku. Anak laki-aki yang selalu membuat
masalah denganku hingga harus berurusan dengan ayahku. Hah. Jika aku mengingat
kejadian sekitar kurang lebih 8 tahun yang lalu rasanya ingin menangis. Aku
rindu padanya. Aku rindu pada Dimas. Aku rindu pada Aldi, adiknya. Dan aku
rindu pula pada Mama Papanya. Apa kabar mereka semua? Ingatkah mereka padaku
seperti aku yang selalu ingat pada mereka? Ahh sungguh aku rindu pada keluarga
itu. Apa yang harus aku lakukan untuk bertemu dengan mereka semua? Harus
mencari kemana diriku untuk menemukan mereka kembali?
“Ya Allah,
aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Dengan Dimas khususya. Pertemukan aku
dengannya di Universitas nanti Ya Allah. Ingin aku berbincang dengannya, ingin
aku bercanda dengannya, ingin aku bertengkar dengannya lagi dan ingin sekali
aku bisa memperbaiki hubungan kami yang tak pernah akur dulu. Aku merasa
kehilangan saat ia pergi. Saat ia meninggalkanku sendiri di Jakarta.
Pertemukanlah kami kembali Ya Allah agar kami bisa memperbaiki semua kesalahan
yang dulu. Amiinn”
**
Dimas,
usianya sama denganku. Kami sering bermain bersama, mengaji bersama, sampai les
bahasa Inggris pun kami bersama, tapi kami tak pernah akur. Setiap bertemu yang
kami lakukan hanyalah bertengkar. Tapi inilah yang aku suka. Inilah yang
membuat aku jatuh cinta padanya dulu. Dan ia pun mencintaiku juga.
Dimas, kau
pergi disaat aku membutuhkanmu. Kau pergi disaat aku merasakan perasaan yang
lebih dari sekedar teman. Dan kau pergipun tanpa sepengetahuanku. Kau pergi tak
pamit denganku. Apa itu yang bisa disebut dengan teman? Bahkan kau menganggapku
lebih dari sekedar teman. Bisakah aku memakluminya? Memaklumi semua yang
membuatku kecewa. Hah. Aku lelah menunggumu selama 6 tahun ini. Aku lelah
menunggumu untuk menyatakan cinta padaku. Aku lelah dengan semua ini Dim.
Bisakah kau mengerti aku? Mengerti akan perasaanmu yang telah ku balas tapi
ternyata sia-sia. Kemana janjimu dulu untuk datang? Kemana janjimu dulu untuk
kau bermain lagi denganku? Kemana itu semua Dim?
Sekarang
aku tak mempermasalakan janji-janjimu itu. Ada banyak sekali cerita yang ingin
sekali aku ceritakan padamu. Ratusan bahkan ribuan ceritaku menumpuk untuk aku
cerikan padamu.
Dim, aku
telah berubah. Indah yang sekarang bukan Indah yang dulu kamu kenal. Mungkin
kau akan kaget jika kau bertemu denganku nanti. Hihi aku menunggu saat-saat kau
terkejut nanti.
Semoga
Allah menyatukan kita kembali ya Dim. I Miss You so Much My Best Friend. Salam
untuk Aldi, Mama dan Papamu yaa. Bilang pada mereka bahwa aku merindukan
kalian.
hmmm... kasih tau ga ya klo Dimas juga kangen atau ga???
BalasHapusdalam setiap alunan waktu, rentangan mimpi dan imaji yang terkenang akan setiap memory dengan dirinya..
menunggu untuk sesuatu yang berubah dalam setiap hati..
sudah pasti Ia merindukan diriku, Eonnie. kalau pun Ia tidak, aku akan membuatnya merindukanku :)
BalasHapus